Guanxi (Chinese Management)

Sebuah bisnis ibarat sebuah kehidupan sosial. Satu dengan yang lain sebenarnya tak kan bisa dipisahkan. Satu sama lain, bisa sangat bergantung. Meski, di satu sisi, kadang kompetisi pun bisa berlangsung sengit antarbisnis. Namun sejatinya, jika dicermati, justru di kompetisi yang terjadi pun, "kehidupan" bisnis justru menggeliat makin kuat.

Contoh nyata kita lihat di pasar-pasar atau kompleks perdagangan di mal-mal. Sebut saja ITC Roxy Mas (Jakarta) sebagai pusat handphone dan berbagai alat komunikasi terdepan. Hampir satu gedung berjualan barang yang nyaris sama dan senada. Sekelebat mata memandang, pasti terjadi persaingan satu sama lain. Namun, coba lakukan transaksi di salah satu pedagang. Jika barang tak ada atau kehabisan, sang pedagang akan mengontak relasinya. Di sini prinsip relasi antarpedagang-bahkan yang bersaing sekalipun-menjadi sama-sama untung. Pembeli pun diuntungkan karena barang yang diinginkan bisa didapat.

Hubungan saling menguntungkan antarpedagang semacam itu jika ditelaah lebih jauh sebenarnya berkembang dalam ranah bisnis apa pun. Hubungan atau koneksi yang terjalin antarpebisnis menjadi ikatan layaknya kehidupan sosial bermasyarakat. Di sini, saya teringat konsep yang selalu jadi bagian penting dalam bisnis-utamanya dari masyarakat Tionghoa, yakni guanxi atau koneksi.

Guanxi bisa dipahami dalam berbagai konteks. Namun, pada intinya ini merupakan prinsip (atau bahkan filosofi) yang menghidupkan bisnis masyarakat China hingga menggurita ke mana-mana. Prinsip ini pada dasarnya bagaimana kita menjaga hubungan baik dengan orang lain, kerabat, teman, relasi, atau siapa pun yang kita temui, demi kelanggengan bisnis kita. Yang ingin kami tekankan di sini adalah menjaga hubungan saling menguntungkan dengan cara yang baik dan benar.


Dalam penerapannya, guanxi memang bisa dilakukan secara multidimensi. Sebagaimana kita tahu, hubungan bisnis dalam keseharian pun tidak selalu mulus. Ibarat kehidupan keluarga atau sosial di masyarakat, tak jarang hubungan baik yang sudah terjalin mengalami konflik. Dalam hal ini, guanxi akan menjadi "jalan keluar" atau solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai persoalan. Pun demikian dalam konteks bisnis yang dijalankan. Maka tak heran, banyak persoalan bisnis terselesaikan dengan jalan perdamaian. Di sini konteks guanxi menjadi hal yang sangat positif untuk dijalankan.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dalam penerapan konsep ini agar hubungan yang terjalin bisa membawa kebaikan bersama.

Pertama,
hubungan harus menguntungkan kedua belah pihak. Dalam konteks ini, dalam setiap bisnis yang dijalankan, kita harus memandang jauh ke depan, bagaimana agar apa yang kita lakukan benar-benar bisa membawa keuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya.

Kedua,
hubungan tidak boleh hanya berdasar saat merasa membutuhkan. Sebenarnya tak salah juga, saat merasa perlu sesuatu, kita menjalin hubungan baik dengan seseorang. Namun, ada baiknya, hubungan itu bukan hanya sesaat. Sebab, kita tak pernah tahu, suatu saat-baik kita atau relasi tersebut-akan saling kembali memerlukan satu sama lain, butuh saling menolong. Lagipula, secara etika, bukankah kita bisa lebih saling percaya pada orang yang bukan hanya berhubungan pada saat diperlukan saja.

Ketiga, jalin hubungan dengan siapa saja. Sering kali, kita hanya memaksimalkan hubungan pada pihak-pihak tertentu yang dianggap bisa membantu melancarkan usaha atau bisnis kita. Padahal sebenarnya, bisa jadi kita malah terbantu oleh pihak-pihak lain yang kadang tak kita kira.

Intinya,
jalin guanxi dengan siapa saja, lebarkan pergaulan dengan siapa pun, maka peluang untuk memajukan bisnis selalu akan terbuka.

Share on :

0 comments:

Post a Comment