I. Pengertian Instructional Design
Instructional design merupakan cara untuk menyusun media
teknologi komunikasi dan isinya untuk membantu agar mempermudah transfer
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Selain itu,
instructional design juga dapat didefinisikan sebagai proses yang ditingkatkan
melalui analisis dari pembelajaran yang dibutuhkan dan pengembangan yang
sistematik dari material pembelajaran. Proses ini berisi penentuan status awal
dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan”
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi, dan juga sering menggunakan
teknlogi dan multimedia sebagai tool untuk meningkatkan instruksinya. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji pada
ilmu atau seni dalam pembelajaran dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu
oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini
dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar
tersembunyi dan hanya berupa asumsi.
Tiga tujuan dari proses Instructional Design adalah :
• Untuk mengidentifikasi hasil dari instruksi
• Sebagai pedoman pengembangan content instruksional (scope
dan sequence)
• Untuk menetukan bagaimana keefektivan instruksional akan
dievaluasi
Terdapat 3 tipe strategi pada teori Instruction Design:
1. Strategi Organizational yaitu penjabaran dalam level
mikro ataupun makro dan setuju dengan cara penyampaian yang terurut.
2. Strategi Delivery difokuskan dengan keputusan yang
mempengaruhi cara penyampaian informasi ke learner dan pemilihan media
instructional.
3. Strategi Management meliputi keputusan yang akan membantu
learner untuk berinteraksi dengan aktivitas yang didesain untuk proses
pembelajaran.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari instructional design
model yang akan dibahas pada tulisan ini:
1. Dick and Carey Model
2. Robert Gagne’s Model
3. Kemp Model
4. A.S.S.U.R.E
II. Dick and Carey Model
Dick and Carey Model (DC) mengikuti pola dasar instructional
design ADDIE ( analysis, design, development, implementation and evaluation ).
Model Dick and Carey adalah salah satu dari Model Prosedural. Yaitu model yang
menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan
langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model ini terdiri dari
10 komponen:
- Identifying goals
Menentukan tujuan dari sistem yang dibangun. Yang dimaksud
dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat diperoleh pembelajar setelah
menyelesaikan pelajaran.
- Conducting instructional analysis
Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan
dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang
keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan
konsep tersebut.
- Identifying entry behaviors and learner characteristics
Menentukan kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki
pembelajar untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu
dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa
saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah
karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan
aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya pembelajar harus memliki kemampuan
membaca, kemampuan perhitungan dasar atau kemampuan verbal dan spatial.
Kepribadian dari pembelajar juga mempengaruhi design yang akan dibuat.
- Writing performance objectives
Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi
tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Di tiap tahapan akan
ada panduan pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.
- Developing criterion-referenced test items
Test items harus dirancang untuk menyediakan kesempatan bagi
pembelajar untuk mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan
dalam tujuan.
Bagian ini bertujuan untuk:
• Mengetahui prasyarat yang telah dimiliki pembelajar untuk
mempelajari kemampuan baru
• Mencek hasil yang telah diperoleh pembelajar selama proses
pembelajaran
• Menyediakan dokumen perkembangan pembelajar untuk orang
tua atau administrator
Bagian ini berguna untuk:
• Memberikan evaluasi terhadap sistem yang digunakan
• Pengukuran awal terhadap performansi sebelum perencanaan
pengembangan pelajaran dan materi instruksional
- Developing instructional strategy
Menentukan aktifitas instruksional yang membantu dalam
pencapaian tujuan. Dimana, strategi tersebut akan meliputi aktivitas
preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang
dilakukan lewat aktivitas. Misalnya membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi
internet. Aktifitas instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai
dengan latar belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja
pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk pemahaman baru. Proses
pembelajaran juga dapat dilakukan secara berkelompok atau individual.
- Developing and selecting instructional materials
Bagian ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk
proses pembelajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk
siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru. Media pembelajaran dapat berupa
pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet, paket
computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan terletak pada
penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal ini tidak sama untuk
setiap pembelajar.
- Designing and conducting the formative evaluation of
instruction
Formative evaluation bertujuan menyediakan data untuk revisi
dan pengembangan instructional materials. Selain itu, Evaluasi ini juga
dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi
bagaimana meningkatkan pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya,
dengan cara mewawancarai setiap pembelajar.
- Revising instruction
Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design.
Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap
ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya
diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan
yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan
dari hasil implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan
pembelajaran kurang efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas,
media, dan penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh
tujuan.
- Conducting summative evaluation
Summative evaluation bertujuan mempelajari efektifitas
keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.
Karakteristik Dick and Carey Model
• Dick and Carey Model termasuk model rectilinear. Model
rectilinear gagal mengenali kompleksitas dari proses design
• Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat
penting dan tidak boleh ada yang dilewati
• Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas
instructional designer profesional
• DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap
kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke
tim dengan banyak anggota dan beberapa resources yang berbeda
• Cocok diterapkan untuk elearning skala kecil, misalnya
dalam bentuk unit, modul, atau lesson
Kelebihan dari Dick and Carey Model adalah:
• Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
• Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan
• Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang
terperinci, sehingga mudah diikuti
• Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal
tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka
segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum
kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
• Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir
mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
Kekurangan dari Dick and Carey Model adalah:
• Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
• Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan
sesuai dengan langkah-langkah tersebut
• Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar
• Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus
dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
• Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak
nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi)
III. Robert Gagne’s Model
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne
pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot
AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori
instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar
berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software
instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru
untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar
dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan
kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus
mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang
paling sederhana dilanjutnkan pada yang lebih kompleks ( belajar SR, rangkaian
SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar
yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Praktiknya gaya
belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
Teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkahllaku adalah hasil belajar.
Robert Gagne menciptakan sembilan langkah proses yang
disebut tahapan dari proses instruksional, yang berhubungan dengan kondisi
pembelajaran. Berikut ini adalah bagan dari sembilan langkah instruksi dari
Robert Gagné ID model :
Berikut adalah tabel yang menunjukkan tahapan proses
instruksional dan proses mental dari Robert Gagne’s ID Model:
Tahapan Proses Instruksional Proses Internal Mental
1. Gain attention Stimulus mengaktifkan receptor
2. Inform learners of objectives Membuat level dari
ekspektasi untuk pembelajaran
3. Stimulate recall of prior learning mencari dan
mengaktifkan short-term memory
4. Present the content Menanggapi sesuatu yang ada pada
content dengan selektif
5. Provide “learning guidance” Semantic encoding untuk
penyimpanan yang long-term memory
6. Elicit performance (practice) Merespon pertanyaan untuk
meningkatkan encode dan verifikasi
7. Provide feedback Menguatkan dan menaksirkan performansi
secara tepat
8. Assess performance Mencari dan menguatkan content sebagai
evaluasi akhir
9. Enhance retention and transfer to the job Mencari dan
mengeneralisasikan kemampuan yang dipelajari ke dalam situasi yang baru
Berikut ini adalah penjelasan dari sembilan tahapan proses
instruksional di atas:
1. Gain attention (Menarik perhatian)
Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh kontradiksi atau kompleks. Diharapkan
siswa memiliki kepekaan indera untuk merespon dengan cepat stimulus yang
diberikan. Ketika menarik perhatian siswa, pembimbing atau guru dapat
memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik muka dan suara tiba-tiba.
Contoh :
Mengenalkan hutan dengan cara mengajak siswa TK seolah-olah
kemping. Dengan mendekorasi ruangan kelas seperti hutan (tanaman dengan pot
yang ditutup kain atau kertas, batu batuan, bunga, ranting dll). Hari
sebelumnya, Guru meminta siswa membawa peralatan dan perlengkapan berkemah
seperti makanan, pakaian, sepatu, tas ransel, senter, dll. Ketika kegiatan ini
dilaksanakan biarkan siswa memperlihatkan kemampuan menolong dirinya sendiri
serta bersosialisasi dengan temannya. Kenalkan hutan melalui temuan-temuan
siswa/yang dilihat siswa di hutan (ruangan yang sudah disiapkan) dan cocokkan
dengan buku tentang hutan yang dibawa guru. Ajak siswa mendengarkan
bunyi-bunyian yang berkaitan, misalnya rekaman air dan suara binatang. Lampu
dapat dimatikan seolah-olah malam hari di hutan. Untuk siswa TKB, dapat diajak
langsung melihat hutan (misalnya ke hutan di Cibubur), memasang tenda sungguhan
dan berkemah (sekitar 1 jam). Ajak pula siswa menonton film dokumenter tentang
hutan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of
the objective)
Perlunya mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau
dikuasai setelah mengikuti pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan
yang dikuasai setelah mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran
bisa menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Contoh :
Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum
kegiatan berkemah, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti mengatakan
“Siapa yang pernah ke hutan?” “Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja isinya?”
“Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-teman akan melihat hutan, juga
mengetahui isi hutan!”
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari
(Stimulating recall of prior learning)
Merangsang timbulnya ingatan tentang
pengetahuan/keterampilan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk
mempelajari materi yang baru.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan
tentang hutan, ajak siswa TKA mengklasifikasikan kepingan gambar yang
disediakan. Menklasifikasikan gambar yang berkaitan dengan hutan dengan yang
bukan hutan. Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa mengklasifikasikan kepingan
gambar misalnya ke dalam kelompok binatang, tanaman, bunga. Atau dapat berupa
klasifikasi benda hidup dan benda mati.
4. Menyampaikan materi pembelajaran (Presenting the
stimulus)
Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh,
penekanan baik secara verbal maupun “features” tertentu.
Contoh :
Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita
menggunakan wayang hutan (dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon,
binatang, jamur, batu, matahari, air dll yang diberi tongkat). Guru juga
mengajak siswa ikut memainkan wayang yang disediakan.
5. Memberikan bimbingan belajaran (Providing “Learning
Guidance”)
Bimbingan diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang
membimbing proses/alur berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
Berikan contoh-contoh, gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami
materi yang disampaikan.
Contoh :
Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas
besar atau papan tulis dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan”
di tengah papan. Ajukan pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa
yang terlintas di pikiranmu?” Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan
jawaban siswa. Tidak ada jawaban salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini.
Misalnya ketika siswa menjawab “Harimau.” Guru dapat balik bertanya “Kenapa
harimau?” siswa menjawab “Kan adanya di hutan.” dan seterusnya. Atau siswa lain
mengatakan pendapatnya tentang hutan, siswa tersebut mengatakan “Takut” Guru
dapat menayakan “Kenapa takut?” Misalnya siswa menjawab “Gelap” Guru dapat
menanyakan “Kenapa gelap? Misalnya siswa menjawab “banyak pohon.” dan
seterusnya. Dalam kegiatan ini, dapat juga menggunakan potongan-potongan gambar
dari koran atau majalah atau clip-art dan lain-lain.
6. Memperoleh unjuk kerja siswa (eliciting performance)
Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari
atau untuk menunjukkan penguasaannya terhadap materi.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk siswa TKA kegiatan berupa
membuat gambar hutan, dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan
melalui gambar yang siswa buat. Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa membuat
maket hutan. Siswa TKB dapat membuat “hutan” nya sendiri atau berkelompok
dengan bahan-bahan yang disediakan (karton, kertas warna, gunting, lem, dll)
dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan malalui maket yang siswa
buat.
7. Memberikan balikan (Providing feedback)
Siswa diberi tahu sejauh mana ketepatan unjuk kerjanya
(performance)
Contoh :
Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk
kerja siswa, guru dapat memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat.
Misalnya, ketika siswa menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan
pujian atau mengajukan beberapa pertanyaan yang memancing siswa menceritakan
hasil karyanya. Misalnya ketika siswa membuat gajah berkaki dua guru dapat
bertanya “Ini apa?” “Menurutmu kaki gajah ada berapa?” jika siswa mengalami
kesulitan, ajak siswa melihat buku, gambar atau foto gajah hingga siswa
memahami.
8. Menilai hasil belajar (Assessing performance)
Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa
menguasai tujuan pembelajaran
Contoh :
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan
dengan hutan (siapkan kata atau gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya
gambar pohon, batu, jamur dll. Ajak siswa bercerita di depan kelas sekitar 1-2
menit mengenai kata atau gambar tersebut. Guru dapat merekam cerita siswa
tersebut dan memutarnya kembali setelah siswa selesai bercerita. Ajak siswa
mendengarkan suaranya sendiri. Kegiatan ini juga mengajak siswa lainnya belajar
menghargai temannya yang sedang bercerita.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (Enhancing
retention and transfer)
Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah
terjadi. Diharapkan nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan
pengetahuan, keahlian dan strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Contoh :
Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru membacakan
koran anak (misalnya dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu, Desember 2007
tentang pemanasan global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan dengan
mengajak siswa menanam biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini
proyek berkelanjutan (menanam dan merawat pohon yang nantinya tumbuh).
Karakteristik Robert Gagne’s ID Model adalah sebagai berikut
:
• Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
• Bersifat mekanistis
• Menekankan peranan lingkungan
• Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
• Menekankan pentingnya latihan
• Mementingkan mekanisme hasil belajar
• Mementingkan peranan kemampuan
• Hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan
Kelebihan dari Robert Gagne’s ID Model
• Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong
guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi.
• Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas
kelenturan reflek, dan daya tahan
Contoh : Percakapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah
raga, dll.
• Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Kekurangan dari Robert Gagne’s ID Model
• Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher
centered learning), dimana guru bersifat otoriter, komunikasi berlangsung satu
arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
• Bersifat meanistik
• Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
• Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
• Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal maupun fisik dapat berakibat buruk
bagi siswa.
IV. Kemp Model
Menurut Kemp pengembangan perangkat merupakan suatu
lingkaran yang kontinyu. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung
dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun
sesuai di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada
para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun sebaiknya
proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Secara umum model pengembangan model Kemp ditunjukkan pada
gambar berikut:
Diagram model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp
Desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi
yang saling berhubungan dan harus dikerjakan secara logis agar mencapai apa
yang diinginkan. Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri
atas delapan langkah:
1. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum
untuk pembelajaran tiap topiknya
2. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa
pembelajaran tersebut didesain
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar
4. Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap
tujuan
5. Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik
6. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran
yang menyenagkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa
akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan
7. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang
yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
8. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan
kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan
Penjelasan:
1. Tujuan, Topik, dan Tujuan Umum
• Tujuan
Tujuan diperlukan agar hasil perencanaan nantinya dapat
mengembangkan kompetensi yang akan menolong pelajar agar dapat bepartisipasi
dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, tujuan harus mengenal perubahan dalam
kebutuhan pelajar dan keterkaitannya dengan apa yang seharusnya diberikan pada
kepada siswa. Semua program pembelajaran hendaknya didasarkan pada pengembangan
tujuan yang dapat diambil dari tiga sumber yaitu masyarakat, pelajar itu
sendiri, dan kawasan pembelajaran.
• Topik
Topik merupakan cakupan program pembelajaran yang dibuat.
Biasanya disusun secara logis, simpel dan konkret sehingga gambaran dari
rencana program pembelajaran tersebut dapat langsung terlihat.
• Tujuan umum
Ketika tim pembelajaran pertama kali menentukan tujuan umum,
sebagian besar menggunakan istilah-istilah penting sebagai penggambaran topik
agar dapat memahami dengan benar keluaran (output) dari rancangan pembelajaran.
2. Karakteristik Pelajar
Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran, karakteristik
dari siswa harus segera diketahui. Karena dengan mengetahui karakteristik
tersebut sangat membantu dalam merancang perencanaan pembelajaran.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membantu menentukan karakteristik
siswa yaitu:
• Faktor akademi, antara lain jumlah siswa, latar belakang
pendidikan, rata-rata nilai, tingkat kecerdasan, prestasi dan kemampuan, adat
kebiasaan, motivasi untuk belajar dll.
• Faktor soial, antara lain umur, tingkat kematangan, bakat
spesial, emosi dan kejiwaan, hubungan antar pelajar.
• Faktor lain seperti kondisi dan gaya belajar juga harus
dicatat dan diperhatikan pada saat perencanaan agar ciri-ciri pelajar yang
diidentifikasi dapat lebih sempurna.
3. Tujuan Pembelajaran
Semua tujuan pembelajaran diwujudkan sebagai syarat yang
akan meningkatkan aktivitas pembelajaran. Dengan menciptakan tujuan-tujuan yang
pasti, kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang ingin diajarkan dan kemudian
dapat memutuskan apa-apa saja yang telah dicapai. Menentukan tujuan merupakan
sebuah aktivitas yang bersifat pengembangan yang meminta ketelitian, perubahan,
dan penambahan.
Kategori dari tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan mejadi
tiga bagian yaitu:
1. Kognitif, merupakan kategori yang memberikan perhatian
yang lebih dalam program pendidikan. Kognitif dimulai dari pengetahuan
sederhana sampai tingkat tertinggi yaitu mengetahui, memahami, penerapan atau
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Psikomotor, merupakan kemampuan dalam menggunakan dan
mengkoordinasi otot rangka dalam aktivitas fisik dan melakukan sesuatu.
3. Afektif, meliputi sikap, penilaian atau penghargaan,
nilai-nilai dan emosi seseorang. David R.Krathwohl membagi afektif dalam empat
tingkatan: penerimaan, menanggapi, penilaian, pengorganisasian.
4. Menentukan Isi Materi
Materi harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran. Karena
bagian terpenting dari desain pembelajaran terletak pada tujuan pembelajaran
itu sendiri. Dalam beberapa kasus, isi dari materi pembelajaran adalah turunan
dari tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai apa yang akan
dituju oleh materi pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam
menentukan isi pembelajaran yaitu mencakup pemilihan dan pengaturan dari
pengetahuan yang spesifik, skill, dan faktor sikap / pendirian.
5. Penilaian Awal
Penilaian awal memiliki peranan yang cukup penting dalam
model desain ini. Dengan melakukan hal ini kita dapat mengetahui tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh murid. Mengetahui kondisi pengetahuan murid
sangat membantu dalam mendesain pembelajaran.
Penilaian awal juga dapat membantu untuk mengevisiensikan
pembelajaran. Dengan melakukan tahapan ini kita dapat mengetahui tingkatan
pengetahuan murid. Dengan demikian seorang murid tidak perlu membuang - buang
waktu untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka kuasai.
6. Aktivitas Belajar Mengajar dan Sumber - Sumber
Pembelajaran
Tahapan ke enam dari model pembelajaran Kemp membicarakan
tentang aktifitas belajar - mengajar dan sumber - sumber belajar. Pada tahapan
ini dijelaskan tentang bentuk - bentuk dari kegiatan bejalar yang efektif dan
media - media yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Bentuk Pembelajaran
Dalam perkembangan selanjutnya ada tiga alternatif
pembelajaran yang memiliki kelebihan jika dibanding dengan alternatif lainnya.
Tiga alternatif itu adalah presentasi group presentation, individualized
learning, dan interaction between teacher and student.
Ada beberapa alasan yang mendasari ketiga alternatif
pembelajaran di atas. Bentuk pembelajaran di atas dilinai lebih efisien dan
efektif karena dengan melakukan presentasi proses penyampaian informasi lebih
bersifat massif. Selain itu setiap siswa memiliki kondisi poercepatan pemahan
yang berbeda dalam memahami suatu materi.
a. Group Presentation
Pada kegiatan ini guru atau siswa melakukan sebuah
presentasi untuk menyampaikan sebuah materi. Kegiatan seperti ini harus
ditunjang oleh tempat yang memadai seperti di dalam kelas. Dalam pelaksanaannya
penyaji dapat menggunakan alat bantu untuk menyampaikan presentasinya alat iotu
dapat berupa media audio, visual, atau audio visual.
b. Individualized Learning
Yang melatar belakangi konsep ini adalah bahwa setiap orang
memiliki tingkat kecerdasan dan percepatan pemahaman yang berbeda. Selain itu
setiap siswa juga memiliki pola pikir dan cara belajar yang berbeda. Untuk itu,
guru harus dapat mendesain jenis pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan
karakteristik yang dimiliki oleh siswa.
c. Interaction between Teacher and Students
Format pembelajaran seperti ini adalah pembentukan kelompok
- kelompok kecil. Dalam kelompok itu guru dan siswa melakukan diskusi dan
saling bertukar pikiran sehingga dapat terjadi proses mengambiol pelajaran dari
peserta lainnya dengan metode ini juga setiap peserta akan dapat saling
memahami karakter satu sama lain.
7. Sarana Penunjang
Selanjutnya diperlukan beberapa hal yang dapat menunjang
program pembelajaran. Hal itu diantaranya adalah biaya, fasilitas, peralatan
serta waktu dan jadwal.
a. Biaya
Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan
pendidikan. Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk
memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya
saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya
untuk menjalankannya.
b. Fasilitas
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang
memadai untuk keberlangsungannya. Contohnya dalam kegiatan presentasi,
dibutuhkan proyektor audio visual, sound sistem, dan perlengkapan lainnya.
c. Peralatan
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya
diperlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam
mendesain sebuah program harus dipastikan bahwa dapat mengusahakan peralatan
yang akan dipakai. Karena ketidaktersediaan alat akan sangat mempengaruhi
program yang akan dijalankan.
d. Waktu dan Jadwal
Dalam menentukan program hendaknya diperhatikan jadwal dan
wakti yang tepat. Jangan sampai waktu yang ditentukan bentrok dengan kegiatan
lainnya.
8. Evaluasi
Selanjutnya adalah proses evaluasi. Evaluasi harus sejalan
dengan tujuan awal pembelajaran. Selanjutnya tujuan awal pembelajaran akan
berperan sebagai acuan dari evaluasi. Proses evaluasi ini berfungsi untuk
mengukur hasil output dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu proses
evalusi juga berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan program pembelajaran
yang telah didesain.
Karakteristik dari model Kemp yaitu:
• Diagram pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak
memiliki titik awal tertentu.
• Memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat
memulai dari komponen manapun.
• Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan
aktivitas revisi.
Kelebihan dari model Kemp antara lain:
• Diagram pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak
memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas
• Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling
ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat
• Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi,
sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun
perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Kekurangan model Kemp bila dibandingkan dengan model lainnya
antara lain:
• Model tersebut kurang lengkap dan kurang sistematis
• Tidak melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan
perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan.
V. A.S.S.U.R.E
Model ini dicetuskan oleh Heinich,dkk sejak tahun 1980-an dan
terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk hingga sekarang. Model ini merupakan
singkatan yang terdiri atas istilah:
A = Analize learner (menganalisis peserta didik)
Sebelum melaksakan proses pembelajaran kita sebagai pengajar
harus mengetahui karakteristik atau siapa yang akan kita ajarkan agar metode,
media dan bahan ajar yang kita gunakan sesuai dengan kebutuhan si pebelajar.
S = State objectives (merumuskan tujuan pembelajaran)
Untuk melakukan sesuatu hal agar nantinya dapat berjalan
dengan lancar maka hal yang perlu kita lakukan adalah membuat suatu tujuan
begitu pula dalam proses pembelajaran maka tujuan harus ditetapkan terlebih
dahulu agar proses pembelajaran dapat lebih terarah.
S = Select methods, media, material (memilih metode, media
dan bahan ajar)
Agar proses pembelajaran dapat lebih efektif maka kita harus
bisa memilih metode, media dan bahan ajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan si
pebelajar dan tujuan yang hendak dicapai. Disini kecermatan dalam memilih
sangat dibutuhkan agar proses pembelajaran tidak sia-sia dan mendapatkan hasil
yang maksimal.
U= Utilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan
ajar)
Sebagai pengajar maka kita dituntut untuk mampu memanfaatkan
media dan bahan ajar seefektif dan semaksimal mungkin.
R= Require learner participation (mengembangkan peran
peserta didik)
Disini kita sebagai pengajar dituntut untuk lebih trampil
sebagai upaya untuk mengembangkan peran peserta didik agar lebih aktif dalam
kegiatan KBM.
E= Evaluate and revise (menilai dan memperbaiki)
Setelah melakukan KBM maka hal yang perlu dilakukan adalah
memberikan penilaian utuk mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja
diberikan dan setelah itu menilai seluruh komponen yang ada dalam KBM tadi utuk
mengetahui sejauh mana ke efektivitasnya dan dapat dijadikan masukan bagi
perbaikan penyelenggraan KBM selanjutnya.
Model ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Modelnya relatif sederhana, mudah diterapkan maupun
dikembangkan oleh tiap-tiap pengajar
2. Dalam medisain pembelajaran model ini dapat dilakukan
dengan waktu yang relatif singkat.
3. Komponen yang ada lengkap dalam menunjang pelaksanaan
KBM.
4. Peserta didik dapat turut aktif
Selain kelebihan, model ini juga memiliki keterbatasan,
yaitu:
1. Tidak didukung oleh komponen suprasisitem oleh karena itu
dampak lain terhadap proses belajar tidak dapat diukur.
2. Untuk mengembangkan peran serta peserta didik perlu
adanya upaya khusus yang dilakukan.
3. Adanya penambahan tugas dari seorang pengajar.
Model ini cocok digunakan dalam medisain proses pembelajaran
disekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Terima kasih sahabat atas berbagi pengetahuan dan juga informasinya ini.
ReplyDeleteHal baru bagi saya mengenai hal ini
makasi bnyak tman atas pengetahuan dan infox, ini sangat membantu membuat tgas instructional design saya English Department di kamppus. GBU
ReplyDeleteby yohana bora
kebetulan ini yang aq cari...... makasiiiiiii banget, pengetahuan yang sangat membantu
ReplyDeletesangat membantu. thanks berat (y)
ReplyDeleteIsinya pedagogi banget tp Referensinya mana? 😟 tulisan org wajib d cantumin loh....
ReplyDeleteIsinya pedagogi banget tp Referensinya mana? 😟 tulisan org wajib d cantumin loh....
ReplyDeleteIsinya pedagogi banget tp Referensinya mana? 😟 tulisan org wajib d cantumin loh....
ReplyDeleteAvast is an antivirus which help the device from malware issues keep your device safe its used as a security
ReplyDeletecheck out the quick guide for activation and setup please visit
Avast Update helper error 1316